Total Tayangan Halaman

Minggu, 17 Mei 2020

Selalu saja ada orang yang membenciku, padahal aku tidak pernah menyakitinya, bagaimana menghadapinya? Apa strategi melawan pembenci? II Yohanes 15:18 II Renungan Harian II Senin, 18 Mei 2020.


Renungan Harian
(Almanak HKBP)
18 Mei 2020


"Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu”.
(Yohanes 15:18)

Ada seorang anak kecil perempuan yang sedang belajar pesat di sekolah ketika dia diperkenalkan mata pelajaran matematika. Tanda kurang, tanda tambah dan tanda bagi telah membekas dalam benaknya. Suatu hari dia diajak oleh ibunya ke gereja untuk mengikuti ibadah persekutuan kaum ibu. Saat kotbah sedang berlangsung, dengan penuh perhatian dia memandangi salib besar yang tergantung di Altar, sembari berbisik kepada ibunya: “Ibu untuk apakah tanda itu tergantung di gereja kita?”, juga dengan berbisik si ibu menjelaskan dengan sederhana: “Itu adalah tanda bagi agama Kristen nak?!”. Tetapi si anak semakin penasaran dan bertanya lagi kepada ibunya: “Nah, terus mengapa tandanya pakai tanda tambah?”, bisiknya penasaran. Dengan amat terkejut atas pertanyaan anaknya, si ibu mejawab kegelisahan anaknya: “Ia nak, itu adalah Salib dan Salib itu bentuknya tanda tambah, artinya bahwa setiap kali kita melihat salib, kita akan melihat penderitaan Yesus, jadi setiap melihat tanda Salib maka kita akan menyadari bahwa selama menjadi orang percaya di dunia ini, penderitaan akan terus bertambah karena dunia tidak menyukai kita. Tetapi satu hal bahwa Salib itu mengenalkan kepada kita Yesus yang telah berhasil memenangkan penderitaan itu dan memberikan nilai tambah bagi kita. Maka sesungguhnya, walaupun kita harus mengalami penderitaan yang tidak pernah berujung dan terus bertambah, asalkan kita mengandalkan Yesus, maka kekuatan untuk menghadapinya juga akan bertambah.”

Kebencian memang tidak pernah akan bisa berakhir sepanjang masih banya manusia yang mengandalkan pikirannya dan jauh dari Allah. Maka sesungguhnya kebencian adalah penyakit yang sangat membahayakan, sebab ketika seseorang sudah diliputi kebencian maka bagi dia tidak aka nada yang benar, maka semuanya layak dibenci, bila perlu disingkirkan: Lihat bagaimana Yesus mengalaminya, walaupun Yesus tidak punya celah untuk dibenci, tetapi memang penyakit ini tidak peduli akan hal ini.

Lalu bagaimana menghadapinya? Berdoalah kepada mereka. Sebab tidak pernah ada solusi jitu untuk menghadapi hal itu kecuali berdoa. Anda berniat melawannya dengan balik membencinya? Berarti anda lebih sakit darinya (Ingat kata-kata: “Jika kita melawan anak kecil, kita lebih kecil darinya, ketika kita melawan orang gila, kita lebih gila darinya”). Artinya jika kita bertemu dengan penyakit, jangan lawan dengan penyakit, berilah penangkalnya. Tentu yang utama adalah berdoa baginya. Sebab tidak ada satupun manusia yang bisa merubah hati manusia yang lain kecuali Tuhan yang menciptanya.

Lalu bagaiman jika kita sudah berdoa, memafkannya dan juga telah mendiamkannya tetapi dia malah semakin membenci kita? Mungkin penyakitnya semakin parah karena kita kurang memberi penangkalnya, yaitu doa. Lalu bagaimana ketika kita sudah berulang kali berdoa untuk dia, tetapi sikap bencinya juga tetap tidak berubah? Paling tidak saat kita berdoa, hati kita yang disembuhkan, sehingga hati kita tidak lagi mudah terganggu oleh sifatnya yang membenci. Pada akhirnya semakin kita sering berdoa hatinya belum juga diubahkan dari rasa benci, maka hati kita yang akan berubah untuk menerima dia apa adanya hingga nanti kita tidak lagi terlalu terusik dengan penyakitnya yang tidak sembuh-sembuh. Perlu kita ketahui, bahwa penyakit menular hanya akan bisa tertular bagi orang yang tidak punya imunitas kuat dan pengetahuan akan penyakit menular tersebut.

Tetapi mengapa banyak orang mempunyai sifat benci, padahal saya tidak pernah berbuat hal yang menyakiti hati mereka? Lihat dan sadarilah bahwa Yesus lebih baik dari kita, juga mengalaminya. Apakah kita lebih baik dari Yesus? Maka tidak perlu terlalu focus berharap kiranya kebencian itu hilang dari muka bumi, fokuslah menata hatimu agar siap dan kuat menghadapi kebencian demi kebencian yang di tunjukkan oleh dunia ini. Benarlah pemahaman bahwa musuh terbesar bukanlah orang lain, tetapi diri sendiri.

Satu hal yang pasti bahwa apa yang kita alami ini sudah lebih dahulu dialami oleh Yesus, tetap Dia memenangkan segala kebencian itu dengan berdoa: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”, seketika itu kepala serdadu melihat Yesus dan berseru: “sungguh, Dia ini anak Allah”. Kemenangan yang sempurna dari teladan Yesus, yang akhirnya merubah sifat benci itu jadi pujian, yaitu berdoa untuk mereka dengan kerendahan hati, buka berdoa agar mereka cepat mati?!.

Jika hatimu disakiti orang lain, jangan balas supaya tidak ada dua hati yang akan engkau perbaiki
(Molo hassit roham dibahen donganmu, unang balos asa unang dua roha sipadengganonmu)

Salam sehat…
Selamat pagi & Selamat menata hati…
Jadilah pribadi yang tangguh: Dipuji tidak melayang, dihujat tidak tumbang.
Tuhan memberkati..
Semoga doa dan kerinduan keluarga di dengarkan oleh Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar