Renungan
Harian
(Almanak
HKBP)
18
Mei 2020
"Jikalau dunia
membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu”.
(Yohanes
15:18)
Ada seorang anak kecil perempuan yang sedang belajar pesat di sekolah
ketika dia diperkenalkan mata pelajaran matematika. Tanda kurang, tanda tambah
dan tanda bagi telah membekas dalam benaknya. Suatu hari dia diajak oleh ibunya
ke gereja untuk mengikuti ibadah persekutuan kaum ibu. Saat kotbah sedang
berlangsung, dengan penuh perhatian dia memandangi salib besar yang tergantung
di Altar, sembari berbisik kepada ibunya: “Ibu untuk apakah tanda itu
tergantung di gereja kita?”, juga dengan berbisik si ibu menjelaskan dengan sederhana:
“Itu adalah tanda bagi agama Kristen nak?!”. Tetapi si anak semakin penasaran
dan bertanya lagi kepada ibunya: “Nah, terus mengapa tandanya pakai tanda
tambah?”, bisiknya penasaran. Dengan amat terkejut atas pertanyaan anaknya, si
ibu mejawab kegelisahan anaknya: “Ia nak, itu adalah Salib dan Salib itu
bentuknya tanda tambah, artinya bahwa setiap kali kita melihat salib, kita akan melihat penderitaan Yesus, jadi
setiap melihat tanda Salib maka kita akan menyadari bahwa selama menjadi orang
percaya di dunia ini, penderitaan akan terus bertambah karena dunia tidak
menyukai kita. Tetapi satu hal bahwa Salib itu mengenalkan kepada kita Yesus
yang telah berhasil memenangkan penderitaan itu dan memberikan nilai tambah
bagi kita. Maka sesungguhnya, walaupun kita harus mengalami penderitaan yang
tidak pernah berujung dan terus bertambah, asalkan kita mengandalkan Yesus,
maka kekuatan untuk menghadapinya juga akan bertambah.”
Kebencian memang
tidak pernah akan bisa berakhir sepanjang masih banya manusia yang mengandalkan
pikirannya dan jauh dari Allah. Maka sesungguhnya kebencian adalah penyakit
yang sangat membahayakan, sebab ketika seseorang sudah diliputi kebencian maka
bagi dia tidak aka nada yang benar, maka semuanya layak dibenci, bila perlu
disingkirkan: Lihat bagaimana Yesus mengalaminya, walaupun Yesus tidak punya
celah untuk dibenci, tetapi memang penyakit ini tidak peduli akan hal ini.
Lalu
bagaimana menghadapinya? Berdoalah kepada mereka. Sebab tidak pernah ada solusi
jitu untuk menghadapi hal itu kecuali berdoa. Anda berniat melawannya dengan
balik membencinya? Berarti anda lebih sakit darinya (Ingat kata-kata: “Jika kita melawan anak kecil, kita lebih kecil
darinya, ketika kita melawan orang gila, kita lebih gila darinya”). Artinya
jika kita bertemu dengan penyakit, jangan lawan dengan penyakit, berilah
penangkalnya. Tentu yang utama adalah berdoa baginya. Sebab tidak ada satupun
manusia yang bisa merubah hati manusia yang lain kecuali Tuhan yang
menciptanya.
Lalu bagaiman
jika kita sudah berdoa, memafkannya dan juga telah mendiamkannya tetapi dia
malah semakin membenci kita? Mungkin penyakitnya semakin parah karena kita
kurang memberi penangkalnya, yaitu doa. Lalu bagaimana ketika kita sudah
berulang kali berdoa untuk dia, tetapi sikap bencinya juga tetap tidak berubah?
Paling tidak saat kita berdoa, hati kita yang disembuhkan, sehingga hati kita
tidak lagi mudah terganggu oleh sifatnya yang membenci. Pada akhirnya semakin
kita sering berdoa hatinya belum juga diubahkan dari rasa benci, maka hati kita
yang akan berubah untuk menerima dia apa adanya hingga nanti kita tidak lagi
terlalu terusik dengan penyakitnya yang tidak sembuh-sembuh. Perlu kita
ketahui, bahwa penyakit menular hanya akan bisa tertular bagi orang yang tidak
punya imunitas kuat dan pengetahuan akan penyakit menular tersebut.
Tetapi
mengapa banyak orang mempunyai sifat benci, padahal saya tidak pernah berbuat
hal yang menyakiti hati mereka? Lihat dan sadarilah bahwa Yesus lebih baik dari
kita, juga mengalaminya. Apakah kita lebih baik dari Yesus? Maka tidak perlu terlalu
focus berharap kiranya kebencian itu hilang dari muka bumi, fokuslah menata
hatimu agar siap dan kuat menghadapi kebencian demi kebencian yang di tunjukkan
oleh dunia ini. Benarlah pemahaman bahwa musuh terbesar bukanlah orang lain,
tetapi diri sendiri.
Satu hal
yang pasti bahwa apa yang kita alami ini sudah lebih dahulu dialami oleh Yesus,
tetap Dia memenangkan segala kebencian itu dengan berdoa: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka
perbuat”, seketika itu kepala serdadu melihat Yesus dan berseru: “sungguh, Dia ini anak Allah”. Kemenangan
yang sempurna dari teladan Yesus, yang akhirnya merubah sifat benci itu jadi
pujian, yaitu berdoa untuk mereka dengan kerendahan hati, buka berdoa agar
mereka cepat mati?!.
“Jika
hatimu disakiti orang lain, jangan balas supaya tidak ada dua hati yang akan
engkau perbaiki”
(Molo
hassit roham dibahen donganmu, unang balos asa unang dua roha sipadengganonmu)
Salam sehat…
Selamat pagi
& Selamat menata hati…
Jadilah pribadi
yang tangguh: Dipuji tidak melayang, dihujat tidak tumbang.
Tuhan memberkati..
Semoga doa
dan kerinduan keluarga di dengarkan oleh Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar