Total Tayangan Halaman

Selasa, 12 Mei 2020

Perbuatan baik itu harus dilakukan karena cinta kepada Allah, bukan supaya dicintai oleh Allah (bnd. 2 Korintus 5:21) I Renungan Harian I Rabu, 13 Mei 2020


Renungan Harian
(Almanak HKBP)
Rabu, 13 Mei 2020

“Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita,
supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”.
(2 Korintus 5:21)

Ada seorang petani miskin datang kepada seorang kaya untuk meminjam sejumlah uang yang akan dia pergunakan membeli makanan untuk istri dan anak-anaknya yang sudah kelaparan. Orang kaya tersebut menyetujui pinjaman orang miskin tersebut dengan syarat bunga setiap bulannya adalah seratus persen dari pinjaman ditambah pembayaran yang tertunda juga akan dibebankan tambahan sejumlah pinjamannya. Syarat yang sungguh berat, tetapi karena tidak ada pilihan lain si Petani miskin itu memenuhi permintaan oang kaya tersebut.
Bulan berganti bulan hingga tahun berganti tahun, si Petani miskin itu tidak bisa membayarkan utangnya kepada orang kaya itu, sebab hidup dan pekerjaannya hanya cukup untuk bertahan makan dari satu hari ke satu hari. Akhinya orang kaya tersebut menyuruh pelayannya untuk menangkap si Petani dan menyeretnya ke rumahnya. Sesampainya di rumah orang kaya itu, Petani miskin itu mengakui sama sekali tidak sanggup membayar uang yang ia pinjaman ditambah dengan bunga beserta beban yang harus ditanggungnya dari tunggakan per bulan. Alhasil tidak ada jalan lain yang harus diterima Petani miskin itu kecuali menerima apapun keputusan orang kaya tersebut. Orang kaya itu menganggap seluruh utang-utangnya akan lunas asalkan Petani itu dan seluruh keluarganya bersedia menjadi pelayan (pembantu atau budak) di rumah orang kaya itu, sebab memang tidak ada satu hal pun yang bisa si Petani itu lakukan karena besarnya utang yang sudah bertahun-tahun tidak dapat ia lunasi. Demikianlah keluarga itu seumur hidup mereka akan menjalani hari-hari mereka menjadi budak yang harus mengikuti apa kata orang kaya yang menjadi tuan mereka itu.
Melihat penderitaan yang dialami oleh keluarga petani itu, suatu ketika seorang saudagar datang dan menghampiri orang kaya itu dan meminta keluarga itu dilepaskan dengan catatan seluruh utang-utang mereka akan dibayarkan lunas. Luarbiasanya seluruh utang-utang yang sudah menumpuk itu dibayarkan lunas oleh saudagar itu, sehingga ia boleh membawa keluarga Petani itu untuk keluar dari rumah orang kaya itu menjadikan mereka bagian dari keluarga besarnya. Bersama saudagar itu keluarga Petani tersebutpun kembali menjalani kehidupan yang bebas bahkan lebih baik.
Apakah utang orang miskin bisa mereka lunasi? Tidak, tetapi dilunaskan. Dengan demikian bahwa mereka terbebas dari utang bukan karena usaha dan kemampuan mereka, tetapi karena kebaikan dari saudagar itu yang membayarkan sejumlah uang yang ia punya walaupun sesungguhnya saudagar itu tidak pernah punya utang sebelumnya.
Seluruh orang yang berdosa, mereka yang lahir dari Adam yang berdosa itu harus menerima kenyataan bahwa dirinya juga adalah keturunan orang berdosa. Roma 6:23 “sebab upah dosa ialah maut” , dengan demikian semua manusia berdosa upahnya ialah maut. Tidak ada satupun usaha dan perbuatan baik yang dapat menyelamatkan kita dari jeratan hukuman dosa layaknya ‘pahala’ (inilah yang membedakan kita dengan agama lain yang ada di dunia). Kejadian 8:21b  "Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya", juga Titus 1:15 "Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis". Penekanan ini semakin diperjelas oleh Paulus pada Galatia 2:16a "Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus".
            Tetapi kasih Allah sungguh besar, sehingga Ia sendiri yang harus menebus dosa itu (membayar hutang dosa!), sedangkan sebagai Allah Ia tidak bisa mati, maka Allah harus menjadi manusia, yaitu Yesus Kristus, supaya Ia bisa mati menebus dosa kita, sekalipun Yesus bukan hanya tidak berdosa tetapi bahkan tidak mengenal dosa. Cerita penebusan oleh Yesus Kristus dan kebangkitaNya telah kita terima dan imani sangat baik, yang menjelaskan bahwa kita yang harusnya dilemparkan kedalam maut akhirnya digantikan oleh Yesus Kristus.
Dengan demikian bukankah kita adalah orang-orang yang sangat beruntung mempunyai Allah yang sungguh Pengasih? Sebab Allah kita bukan hanya Allah yang datang mengulurkan tangan atau menawarkan tangan saat kita dalam masalah besar, tetapi Dia langsung turun tangan bersama kita menghadapi segala pergumulan kita. Karena itu pada akhirnya sebagai orang yang benar-benar mengasihi Allah, maka kita harusnya meneladani apa yang diperbuatNya kepada kita, walaupun itu tidak akan pernah membayarkan lunas kasih dan pengorbananNya di Kayu Salib. Lalu apa tugas dan tanggungjawab kita bukti kita mengimani pengorbanan Yesus di Kayu Salib demi keampunan dosa kita?:
a) Jadikanlah perbuatan baik menjadi gaya hidup, namun harus memahami bahwa perbuatan baik itu harus dilakukan untuk kemuliaan Allah. 1Kor 10:31 "Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah".
b) Perbuatan baik itu harus dilakukan karena cinta kepada Allah, bukan supaya dicintai oleh Allah. Yohanes 14:15 "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu".
c) Apapun yang diperbuat kepada orang lain, haruslah diperbuat seperti kepada Allah, bukan untuk sesuatu yang lain apalagi meraup balasan. Bandingkan dengan Matius 25:40,45 “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” Dan “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.”
Selamat mengimani Iman yang benar…
Tuhan memberkati aktivitas kita hari ini…
Salam sehat…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar