Renungan Harian
(Almanak HKBP)
Rabu, 13 Mei 2020
“Dia yang tidak mengenal dosa telah
dibuat-Nya menjadi dosa karena kita,
supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh
Allah”.
(2 Korintus 5:21)
Ada seorang
petani miskin datang kepada seorang kaya untuk meminjam sejumlah uang yang akan
dia pergunakan membeli makanan untuk istri dan anak-anaknya yang sudah
kelaparan. Orang kaya tersebut menyetujui pinjaman orang miskin tersebut dengan
syarat bunga setiap bulannya adalah seratus persen dari pinjaman ditambah pembayaran
yang tertunda juga akan dibebankan tambahan sejumlah pinjamannya. Syarat yang
sungguh berat, tetapi karena tidak ada pilihan lain si Petani miskin itu
memenuhi permintaan oang kaya tersebut.
Bulan
berganti bulan hingga tahun berganti tahun, si Petani miskin itu tidak bisa
membayarkan utangnya kepada orang kaya itu, sebab hidup dan pekerjaannya hanya
cukup untuk bertahan makan dari satu hari ke satu hari. Akhinya orang kaya
tersebut menyuruh pelayannya untuk menangkap si Petani dan menyeretnya ke rumahnya. Sesampainya di rumah orang kaya itu, Petani miskin itu mengakui sama sekali tidak sanggup membayar uang yang ia pinjaman ditambah dengan bunga beserta
beban yang harus ditanggungnya dari tunggakan per bulan. Alhasil tidak
ada jalan lain yang harus diterima Petani miskin itu kecuali menerima apapun
keputusan orang kaya tersebut. Orang kaya itu menganggap seluruh utang-utangnya
akan lunas asalkan Petani itu dan seluruh keluarganya bersedia menjadi pelayan
(pembantu atau budak) di rumah orang kaya itu, sebab memang tidak ada satu
hal pun yang bisa si Petani itu lakukan karena besarnya utang yang sudah
bertahun-tahun tidak dapat ia lunasi. Demikianlah keluarga itu seumur hidup
mereka akan menjalani hari-hari mereka menjadi budak yang harus mengikuti apa
kata orang kaya yang menjadi tuan mereka itu.
Melihat penderitaan yang
dialami oleh keluarga petani itu, suatu ketika seorang saudagar datang dan menghampiri orang kaya itu dan meminta keluarga
itu dilepaskan dengan catatan seluruh utang-utang mereka akan dibayarkan lunas.
Luarbiasanya seluruh utang-utang yang sudah menumpuk itu dibayarkan lunas oleh
saudagar itu, sehingga ia boleh membawa keluarga Petani itu untuk keluar dari
rumah orang kaya itu menjadikan mereka bagian dari keluarga besarnya. Bersama saudagar itu keluarga Petani tersebutpun kembali menjalani kehidupan
yang bebas bahkan lebih baik.
Apakah utang
orang miskin bisa mereka lunasi? Tidak, tetapi dilunaskan. Dengan demikian
bahwa mereka terbebas dari utang bukan karena usaha dan kemampuan mereka,
tetapi karena kebaikan dari saudagar itu yang membayarkan sejumlah uang yang ia
punya walaupun sesungguhnya saudagar itu tidak pernah punya utang sebelumnya.
Seluruh orang yang berdosa, mereka yang lahir
dari Adam yang berdosa itu harus menerima kenyataan bahwa dirinya juga adalah
keturunan orang berdosa. Roma 6:23 “sebab
upah dosa ialah maut” ,
dengan demikian semua manusia berdosa upahnya ialah maut. Tidak ada satupun usaha dan perbuatan baik yang dapat menyelamatkan kita
dari jeratan hukuman dosa layaknya
‘pahala’ (inilah yang membedakan kita dengan agama lain yang ada di dunia).
Kejadian 8:21b "Aku takkan mengutuk bumi
ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat
dari sejak kecilnya",
juga Titus 1:15 "Bagi orang suci semuanya
suci; tetapi bagi orang najis dan orang tidak beriman suatupun tidak ada
yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis". Penekanan ini semakin diperjelas oleh Paulus pada Galatia 2:16a "Kamu
tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum
Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus".
Tetapi kasih Allah sungguh besar, sehingga Ia sendiri
yang harus menebus dosa itu (membayar hutang dosa!), sedangkan sebagai Allah Ia
tidak bisa mati, maka Allah harus menjadi manusia, yaitu Yesus Kristus, supaya
Ia bisa mati menebus dosa kita, sekalipun Yesus bukan hanya tidak berdosa
tetapi bahkan tidak mengenal dosa. Cerita penebusan oleh Yesus Kristus dan
kebangkitaNya telah kita terima dan imani sangat baik, yang menjelaskan bahwa
kita yang harusnya dilemparkan kedalam maut akhirnya digantikan oleh Yesus
Kristus.
Dengan
demikian bukankah kita adalah orang-orang yang sangat beruntung mempunyai Allah
yang sungguh Pengasih? Sebab Allah kita bukan hanya Allah yang datang
mengulurkan tangan atau menawarkan tangan saat kita dalam masalah besar, tetapi
Dia langsung turun tangan bersama kita menghadapi segala pergumulan kita. Karena
itu pada akhirnya sebagai orang yang benar-benar mengasihi Allah, maka kita
harusnya meneladani apa yang diperbuatNya kepada kita, walaupun itu tidak akan
pernah membayarkan lunas kasih dan pengorbananNya di Kayu Salib. Lalu apa tugas
dan tanggungjawab kita bukti kita mengimani pengorbanan Yesus di Kayu Salib
demi keampunan dosa
kita?:
a) Jadikanlah perbuatan
baik menjadi gaya hidup, namun harus memahami bahwa perbuatan baik itu harus
dilakukan untuk kemuliaan Allah. 1Kor 10:31 "Jika engkau makan atau
jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah
semuanya itu untuk kemuliaan Allah".
b) Perbuatan baik itu harus dilakukan karena cinta kepada Allah, bukan
supaya dicintai oleh Allah. Yohanes 14:15
"Jikalau
kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu".
c) Apapun yang diperbuat kepada orang lain, haruslah diperbuat seperti
kepada Allah, bukan untuk sesuatu yang lain apalagi meraup balasan. Bandingkan dengan Matius 25:40,45 “Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang
dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” Dan “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan
untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga
untuk Aku.”
Selamat mengimani Iman yang benar…
Tuhan memberkati aktivitas kita hari ini…
Salam sehat…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar