RENUNGAN HARIAN!
(ALMANAK HKBP)
Kamis, 01 Oktober 2020
“Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel”
(Lukas 7:9b)
Kisah ini diawali dengan cerita tentang sorang Perwira yang memohon Kesembuhan dari Tuhan untuk hambanya (pembantunya). Kisah ini mau mengajarkan kita tentang apa itu iman yang besar seperti yg dimiliki perwira itu kepada Yesus. Perwira ini merupakan satu-satunya laki-laki di dalam Perjanjian Baru yang mendapat pujian dari Yesus, “Iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel”.
.
Mungkin bagi sebahagian kita yang memahami latarbelakang yang terjadi ketika Zaman Yesus, akan menganggap hal ini aneh. Kenapa? Karena mengapa Lukas memasukkan perwira Romawi ini dalam Injil sebagai teladan bagi kita? Kita tahu bangsa Romawi bukanlah bangsa yang mengenal Allah Bapa apalagi samapai mempercayai Yesus, mereka adalah bangsa penyembah berhala. Ditambah jabatan sebagai seorang perwira, dengan latar belakang militer yg keras, yg biasa berperang juga dipakai sebagai alat pemerintah memuluskan Penjajahan kepada orang Yahudi kala itu.
.
Tetapi mari kita lihat beberapa sifat dari perwira Romawi ini yang kemudian patut kita teladani:
1.Sekalipun dia seorang perwira tinggi, dia menghargai hambanya yang sedang sakit keras dan hampir mati (hamba dari kata Yunani doulos= budak). Kata perwira dalam teks Alkitab Inggris Centurion dari kata Latin Centurio artinya komandan dari seratus tentara. Perhatiann ini sungguh mulia, sebab dalam sejarah perbudakan di Romawi pada jaman Yesus, umumnya pemilik budak sering memperlakukan budak, pembantu, hamba, seperti barang bukan sebagai manusia.
.
2.Sekalipun dia bangsa Romawi yg menjajah bangsa Yahudi perwira itu mengasihi bangsa Yahudi bahkan mau berkorban untuk membangun rumah ibadah umat Allah (ay. 4, 5). Bangsa Romawi pada jaman itu sangat anti Yahudi, selain karena alasan perbedaan agama, bangsa Romawi menyembah banyak dewa-dewa berhala dan juga bangsa Yahudi sudah terbiasa menganggap bangsa-bangsa lain itu kafir. Namun perwira Romawi ini berbeda lain daripada yg lain. Bukti kasih perwira itu kepada bangsa umat pilihan Allah bukanlah basa-basi, sekedar toleransi, tapi benar-benar dibuktikannya dengan rela menanggung sepenuhnya biaya pembangunan rumah ibadah umat Allah (sinagoge). Perwira ini tidak mengasihi hanya dengan kata-kata saja tapi dengan bukti tindakan yang nyata.
.
3.Sekalipun orang lain menganggapnya layak tapi dia dengan rendah hati menganggap dirinya sendiri tidak layak bertemu Yesus ( ay. 4-7). Pada ayat 4 orang tua-tua Yahudi berkata kepada Yesus: “Ia layak engkau tolong”, sebab ia mengasihi bangsa kita dan menanggung pembangunan rumah ibadat kami” Namun pada ayat 6 perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya berkata: Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak meneriman tuan di dalam rumahku” sebab itu aku juga tidak menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tidak ada pamrih dari kedermawanannya. Dia tidak butuh pujian manusia. Dia tidak perlu dianggap pejabat istimewa. Apakah perwira ini menyadari budaya Yahudi yg melarang orang Yahudi masuk ke rumah bangsa kafir? Namun yang pasti perwira yang sudah terbiasa maju di medan perang ini merasa tidak berani bertemu Yesus karena ia menganggap dirinya tidak layak. Dia menyadari keberdosaannya di hadapan Yesus. Perwira itu menganggap dirinya tidak layak menerima Yesus ke rumahnya dan datang bertemu Yesus tapi Yesus malah memuji imannya yang layak dipuji. Ada orang yg menganggap dirinya layak tapi justru ditolak Tuhan.
.
Teladan Perwira ini menjadi pelajaran penting bagi kita, bahwa hidup tidak selamanya untuk diri sendiri, begitu juga dengan doa-doa kita. Menjadi pertanyaan adalah: Apakah anda sudah berdoa di pagi ini? Adakah anda memasukkan orang lain dalam doa anda hari ini? Atau jangan-jangan hanya berisi permohonan untuk diri anda sendiri? Atau anda tidak pernah memasukkan orang lain dalam doa anda? Atau yang paling parah anda tidak pernah berdoa? (Jika ya, tutuplah renungan ini ambil sikap berdoa.)
.
Benarlah nasihat Paulus di 1 Timotius 2:1-2 “ Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang”. Saatnya pesan ini sampai kepada kita, berdoalah dan naikkanlah doa kepada siapapun yang ada di sekitarmu, pimpinan ditempatmu bekerja mencari nafkah, pelayan dan penatua dimana engkau beribadah, pimpinan daerah dimana engkau berdomisili dan hidup aman, mereka yang senantiasa bisa menghadirkan segalas sesuatu di dapur untuk bisa diolah menjadi makanan (sekalipun itu dibeli dengan uang), guru-guru dimana anak kita menempuh pendidikan, dan lainnya. Berhentilah menghujat mereka, berhentilah menyumbang kata-kata tanpa fakta kepada mereka, sekalipun mereka salah menurutmu. Doakanlah mereka agar tetap sehat dan btetap minjadi bagidan dalam hidupmu.
.
Selamat beraktifitas…
Tuhan memberkati
Salam.
.
#jangankendorjagakesehatan
#janganlupapakaiMasker
#janganlupaBahagia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar