Kisah Seekor Tikus
Seekor Tikus merasa hidupnya sangat tertekan
karena takut pada Kucing, sehingga dia meras hidupnya hanya dipenuhi rasa takut
setiap waktu.
Kemudian Tikus itu menjumpai penyihir, agar
penyihir itu merubahnya menjadi seekor Kucing, lalu penyihir itupun merubah
Tikus itu menjadi seekor Kucing.
Namun setelah menjadi kucing, kini dia
memiliki ketakutan baru, yaitu takut pada Anjing, kalau-kalau Anjing akan
memperlalkukan dia layaknya seekor Tikus. Lalu dia menjumpai penyihir, untuk
merubahnya menjadi seekor Anjing.
Kemudian tidak lama setelah menjadi seekor
Anjing, dia masih juga dipenuhi ketakutan yang baru lagi, yaitu takut kepada
Singa, jangan-jangan nanti hidupnya hanya jadi santapan Singa. Sehingga dia
kembali menjumpai penyihir agar merubahnya menjadi seekor Singa.
Belum lama menjadi Singa, kini dia kembali
dihantui ketakutan lagi, jangan-jangan pemburu akan mengintainya dari
rerumputan dengan senapan mematikan. Kemudian dengan rasa takutnya, dia kembali
menjumpai penyihir agar merubahnya menjadi seorang pemburu.
Tetapi menjadi Pemburupun tetap juga membuat
dirinya ketakutan, kalau-kalau nanti ada ular mematoknya dan mati tanpa ada
yang bisa membantu di tengah hutan saat berburu. Kemudian dia meminta penyihir
merubahnya mejadi Ular.
Menjadi Ularpun tetap membuat dia ketakutan
kalau-kalau nanti ada Elang yang memakannya. Dengan dihantui banyak rasa
ketakutan, kembali dia menjumpai penyihir dan meminta merubahnya menjadi seekor
Elang.
Kali ini penyihir menolak dan berkata: “Selama kau masih ber hati Tikus, tidak
perduli kau berubah jadi bentuk apapun, kau tetaplah seekor Tikus pengecut.”
Sepanjang mental kita adalah mental pecundang
dan selalu dipenuhi keluhan setiap waktu, apapun keadaan kita, baik senang atau
susah, kaya atau miskin, kuat atau lemah, sakit atau sehat, bugar atau melarat,
bahkan sedang dipenuhi banyak makanan atau tidak ada makanan sama sekali, Kita
akan tetap jadi seorang pecundang dan tukang mengeluh.
Lalu apa yang harus kita lakukan? Rasul
Paulus berpesan di Filipi 4:4 “Bersukacitalah
senantiasa, sekali lagi kukatakan, bersukacitalah”. Itulah hidup seorang
pejuang, tidak perduli Paulus sedang di bungkam di balik tembok Penjara atau
bahkan saat dia masih bebas memberitakan Injil, hidupnya selalu dipenuhi rasa
syukur yang membuat dia selalu bersukacita.
Lalu bagaimana dengan kita? Iya, kita sedang
terpenjara, tidak bebas melakukan apapun, bahkan terkesan dibatasi karena
ancaman Virus Corona yang siap mengintai kita dimanapun dan kapanpun, lalu anda
mengeluh? Menyalahkan pemerintah? Menyalahkan presiden? Menyalahkan Cina atau
Amerika? Atau mungkin anda megnatakan ini hukuman Tuhan? Hahaha…. Percayalah,
anda seorang pecundang. Ada atau tidak ada Virus, saya percaya anda tetap akan
menyalahkan siapapun. Sepanjang rasa syukur hilang dari hidupmu, sukacitamu
akan berubah jadi keluhan dan sifat menyalahkan.
---------------------------------------
Telah Diterbitkan Dalam Versi Youtube:
https://www.youtube.com/watch?v=IDCIInADoMw&t=25s
--------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------
Kunjungi Youtube Kami:
https://www.youtube.com/channel/UCvMbeuun1qFPhmgZKH4Gwkw
#janganlupaBahagia
Tuhan Melimpahi...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar