Total Tayangan Halaman

Rabu, 30 September 2020

Belajar Dari Iman Seorang Perwira Romawi || Lukas 9:7b || Renungan Harian || Kamis, 01 Oktober 2020


 RENUNGAN HARIAN!

(ALMANAK HKBP)

Kamis, 01 Oktober 2020

 

“Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel”

(Lukas 7:9b)

 

Kisah ini diawali dengan cerita tentang sorang Perwira yang memohon Kesembuhan dari Tuhan untuk hambanya (pembantunya). Kisah ini mau mengajarkan kita tentang apa itu iman yang besar seperti yg dimiliki perwira itu kepada Yesus. Perwira ini merupakan satu-satunya laki-laki di dalam Perjanjian Baru yang mendapat pujian dari Yesus, “Iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel”.

.

Mungkin bagi sebahagian kita yang memahami latarbelakang yang terjadi ketika Zaman Yesus, akan menganggap hal ini aneh. Kenapa? Karena mengapa Lukas memasukkan perwira Romawi ini dalam Injil sebagai teladan bagi kita? Kita tahu bangsa Romawi bukanlah bangsa yang mengenal Allah Bapa apalagi samapai mempercayai Yesus, mereka adalah bangsa penyembah berhala. Ditambah jabatan sebagai seorang perwira, dengan latar belakang militer yg keras, yg biasa berperang juga dipakai sebagai alat pemerintah memuluskan Penjajahan kepada orang Yahudi kala itu.

.

Tetapi mari kita lihat beberapa sifat dari perwira Romawi ini yang kemudian patut kita teladani:

1.Sekalipun dia seorang perwira tinggi, dia menghargai hambanya yang sedang sakit keras dan hampir mati (hamba dari kata Yunani doulos= budak). Kata perwira dalam teks Alkitab Inggris Centurion dari kata Latin Centurio artinya komandan dari seratus tentara. Perhatiann ini sungguh mulia, sebab dalam sejarah perbudakan di Romawi pada jaman Yesus, umumnya pemilik budak sering memperlakukan budak, pembantu, hamba, seperti barang bukan sebagai manusia.

.

2.Sekalipun dia bangsa Romawi yg menjajah bangsa Yahudi perwira itu mengasihi bangsa Yahudi bahkan mau berkorban untuk membangun rumah ibadah umat Allah (ay. 4, 5). Bangsa Romawi pada jaman itu sangat anti Yahudi, selain karena alasan perbedaan agama, bangsa Romawi menyembah banyak dewa-dewa berhala dan juga bangsa Yahudi sudah terbiasa menganggap bangsa-bangsa lain itu kafir. Namun perwira Romawi ini berbeda lain daripada yg lain. Bukti kasih perwira itu kepada bangsa umat pilihan Allah bukanlah basa-basi, sekedar toleransi, tapi benar-benar dibuktikannya dengan rela menanggung sepenuhnya biaya pembangunan rumah ibadah umat Allah (sinagoge). Perwira ini tidak mengasihi hanya dengan kata-kata saja tapi dengan bukti tindakan yang nyata.

.

3.Sekalipun orang lain menganggapnya layak tapi dia dengan rendah hati menganggap dirinya sendiri tidak layak bertemu Yesus ( ay. 4-7). Pada ayat 4 orang tua-tua Yahudi berkata kepada Yesus: “Ia layak engkau tolong”, sebab ia mengasihi bangsa kita dan menanggung pembangunan rumah ibadat kami” Namun pada ayat 6 perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya berkata: Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak meneriman tuan di dalam rumahku” sebab itu aku juga tidak menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tidak ada pamrih dari kedermawanannya. Dia tidak butuh pujian manusia. Dia tidak perlu dianggap pejabat istimewa. Apakah perwira ini menyadari budaya Yahudi yg melarang orang Yahudi masuk ke rumah bangsa kafir? Namun yang pasti perwira yang sudah terbiasa maju di medan perang ini merasa tidak berani bertemu Yesus karena ia menganggap dirinya tidak layak. Dia menyadari keberdosaannya di hadapan Yesus. Perwira itu menganggap dirinya tidak layak menerima Yesus ke rumahnya dan datang bertemu Yesus tapi Yesus malah memuji imannya yang layak dipuji. Ada orang yg menganggap dirinya layak tapi justru ditolak Tuhan.

.

Teladan Perwira ini menjadi pelajaran penting bagi kita, bahwa hidup tidak selamanya untuk diri sendiri, begitu juga dengan doa-doa kita. Menjadi pertanyaan adalah: Apakah anda sudah berdoa di pagi ini? Adakah anda memasukkan orang lain dalam doa anda hari ini? Atau jangan-jangan hanya berisi permohonan untuk diri anda sendiri? Atau anda tidak pernah memasukkan orang lain dalam doa anda? Atau yang paling parah anda tidak pernah berdoa? (Jika ya, tutuplah renungan ini ambil sikap berdoa.)

.

Benarlah nasihat Paulus di 1 Timotius 2:1-2 “   Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang”. Saatnya pesan ini sampai kepada kita, berdoalah dan naikkanlah doa kepada siapapun yang ada di sekitarmu, pimpinan ditempatmu bekerja mencari nafkah, pelayan dan penatua dimana engkau beribadah, pimpinan daerah dimana engkau berdomisili dan hidup aman, mereka yang senantiasa bisa menghadirkan segalas sesuatu di dapur untuk bisa diolah menjadi makanan (sekalipun itu dibeli dengan uang), guru-guru dimana anak kita menempuh pendidikan, dan lainnya. Berhentilah menghujat mereka, berhentilah menyumbang kata-kata tanpa fakta kepada mereka, sekalipun mereka salah menurutmu. Doakanlah mereka agar tetap sehat dan btetap minjadi bagidan dalam hidupmu.

.

Selamat beraktifitas…

Tuhan memberkati

Salam.

.

#jangankendorjagakesehatan

#janganlupapakaiMasker

#janganlupaBahagia

R.I.M: Seberapa Sering Anda Menunda Pekerjaan Anda? || Seri - 1 || Rabu, 30 September 2020

 

R . I . M

(Renungan Inspirasi Malam)

 

Seri – 1

“Jangan Menunda Pekerjaan”

 

"Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring," maka datanglah kemiskinan seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata.

(Ams 24:33-34)

 

Seorang sahabat menceritakan sebuah pengalamannya:

Sewaktu bekerja di sebuah kantor, saya memperhatikan cara bekerja dari seorang rekan kerja saya. Ia terlihat selalu on time (tepat waktu), jika jam makan dan jam pulang kerja. Sedangkan saya terkadang masih melakukan pekerjaan saya ketika jam makan siang tiba agar nantinya tidak perlu lembur. Waktu itu saya berpikir teman saya ini hebat karena system kerjanya yang luarbiasa rapi dan bagus. Saya mengira ia akan segera naik jabatan. Saya pun merasa bahwa pekerjaan saya kurang cepat. Suatu ketika, saat ada promosi untuk studi banding ke luar negeri yang dilakukan oleh kantor dimana saya bekerja, saya terkejut karena bos saya meminta saya dan beberapa teman dari cabang lain untuk pergi mewakili kantor pusat kami. Tujuannya adalah agar kami bisa mempelajari dan mengambil ilmu sebanyak-bayaknya, untuk nantinya bisa diterapkan di kantor kami. Tentu ini bukan tugas sembarangan dan bos kami juga tidak mungkin main-main memilih orang-orang sembarangan untuk perkerjaan luarbiasa ini. Hal yang membuat saya lebih terkejut bukan perihal mengapa saya yang terpilih, tetapi mengapa teman kantor saya yang sangat bagus dalam bekerja itu tidak terpilih? Mengapa dia tidak mendapatkan promosi? Tentu saja dia marah dan bahkan menganggap saya mempunyai andil ‘menjilat’ agar mempengaruhi keputusan bos kami.

.

Akhirnya saya memberanikan diri bertanya kepada bos saya, apa alasan beliau lebih memilih saya dibanding teman saya ini. Dengan tersenyum bosa saya berkata bahwa: “ia sering menyembunyikan kotoran di bawah Karpet”. Dengan sedikit heran, saya meminta penjelasan arti kata itu, kemudian bos saya berkata bahwa makna dari istilah itu disematkan kepada teman saya itu adalah bahwa teman saya itu ternyata senang menunda dan menumpuk pekerjaannya sehingga seolah-olah pekerjaannya selesai. Dengan demikian dia bisa makan siang dan pulang tepat waktu. Namun sesungguhnya semua itu hanya ditunda untuk beberapa waktu dan akhirnya ia harus lembur sehingga kantor akan membayar uang lembur baginya. Bos saya mengatakan bahwa orang seperti ini adalah orang munafik dan hanya akan membuat perusahaan berjalan lambat dan rugi sebab dia hanya berpikir tentang keuntungan pribadinya.

.

Sikap profesional seseorang tidak perlu kita lihat dari kata-kata yang dia gemborkan bahkan apa yang seolah-olah dia banggakan dan diceritakan kepada banyak orang.  Lihat saja apakah ‘dibawah karpetnya banyak kotoran’, lihat saja cara dia bekerja dan hasil yang ia peroleh. Tetapi ada banyak orang yang sering sekali menganggap hal ini lumrah, sepanjang tidak melanggar aturan yang berlaku dan telah mencapai target yang ditetapkan, padahal sebenarnya dia bisa melakukan lebih dari itu. Jadilah orang yang professional di profesi apapun yang Tuhan anugerahkan. Ingat: Tuhan melihat!

.

Salam Sehat..

#jangankendor

#tetappakaiMasker

#janganlupaBahagia

Selasa, 29 September 2020

Bagaimana Menikmati Hukum? || Yunus 3:10 || Renungan Harian || 30 September 2020


 

RENUNGAN HARIAN!

(Alamanak HKBP)

Rabu, 30 September 2020.

 

“Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Iapun tidak jadi melakukannya”.

(Yunus 3:10)

 

Banyak orang memahami bahwa Razia yang dilakukan oleh aparat kepolisian menindak setiap pengendara yang melanggar aturan berkendara, hanyalah sebatas hukuman yang pada akhirnya ada sangsi dan ujungnya akan berakhir pada pembayaran denda di pengadilan (diempat) sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan. Alhasil, Razia kendaraan yang  dilakukan sering dihindari dan di takuti, bahkan anehnya banyak orang hanya disiplin berkendara, seperti menggunakan helem hanya agar terhindar dari Razia Polisi. Maka tidak heran did aerah-daerah yang jarang dilaksanakan Razia, penggunaan Helem (tertib berkendara) adalah hal yang tida terlalu diperhatikan bahkan terkesan lalai. Padahal sesungguhnya seluruh hal itu dilakukan adalah untuk kebaikan dan kenyamanan kita agar terhindar dari hal-hal yang merugikan kita sendiri dan orang lain yang berada disekitar kita berkendara. Tetapi hal ini sangat sulit diterima kebanyakan orang, bahkan hanya dianggap hanya sebatas kepentingan mereka yang melakukan Razia.

.

Saudara terkasih, demikian dengan hukuman yang hendak dilakukan Allah terhada kota Niniwe.

3:1 Datanglah firman TUHAN kepada Yunus untuk kedua kalinya, demikian:
3:2 "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu."
3:3 Bersiaplah Yunus, lalu pergi ke Niniwe, sesuai dengan firman Allah. Niniwe adalah sebuah kota yang mengagumkan besarnya, tiga hari perjalanan luasnya.
3:4 Mulailah Yunus masuk ke dalam kota itu sehari perjalanan jauhnya, lalu berseru: "Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan."

(Yunus 3:1 - 4)

.

Hukuman yang hendak diberikan Allah kepada penduduk Niniwe, bukan untuk pelampiasan balas dendam, atau pemuasan amarah-Nya. Tetapi jauh dari itu bahwa Allah ingin menegakkan kebenaran, disiplin dan keadilan. Allah yang benar dan adil itu juga Allah yang mahakasih. Keinginan Allah yang utama adalah menunjukkan belas kasihan, bukan melaksanakan hukuman yang dirancang-Nya. Sebab Ia tak ingin seorangpun binasa, tetapi agar setiap orang bertobat, menerima pengampunan dan hidup kekal. (2Pet. 3:9). Hukuman terjadi sebagai konsekuensi akhir akibat kejahatan yang terus dihidupi, dan tak mau menghentikannya.

.

Ternyata apa yang terjadi? Allah tidak jadi murka terhadap kota Niniwe, malah berbalik menyesal akan rencananya menunggangbalikkan kota itu:

“Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Iapun tidak jadi melakukannya”. (Yunus 3:10)

.

Kenapa Allah membatalkan dan menyesal akan hukum-Nya? Karena pertobatan yang dilakukan orang Niniwe:

“Orang Niniwe percaya kepada Allah, lalu mereka mengumumkan puasa dan mereka, baik orang dewasa maupun anak-anak, mengenakan kain kabung.
Setelah sampai kabar itu kepada raja kota Niniwe, turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di abu.
Lalu atas perintah raja dan para pembesarnya orang memaklumkan dan mengatakan di Niniwe demikian: "Manusia dan ternak, lembu sapi dan kambing domba tidak boleh makan apa-apa, tidak boleh makan rumput dan tidak boleh minum air.
Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya.
Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murka-Nya yang bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa."

(Yunus 3:5-9)

.

Pertobatan adalah kunci dimana kita bisa menunda amarah Allah. Hati Allah yang Maha Pengasih akan bisa luluh oleh karena sebuah pertobatan yang benar, yang datang dan tulus dari hati yang terdalam. Percayalah bahwa pertobatan bukan hanya akan menghentikan amarah Allah, tetapi jauh lebih dari itu bahwa pertobatan akan melahirkan anugerah keselamatan bagi siapapun yang datang mohon ampun akan segala kesalahan yang kita perbuat.

.

Hukum Allah bagi mereka yang percaya adalah sebuah jalan anugerah dan keselamatan kekal jika setiap kita bisa disiplin dan dengan iman teguh menjalaninya, bukan malah menjuauhi karena takut dan merasa tidak bebas. Sebab Allah adalah Kasih dan hukumnya adalah buah dari Kasih-Nya, untuk kebaikan orang-orang yang dengan iman menjalaninya denga sukacita.

.

Selamat Pagi baik…

Tuhan Memberkati setiap usaha baik..

#tetapsemangat

#jangankendorpakaiMasker

#janganlupBahagia

Senin, 28 September 2020

Kita Bagaikan Layangan Yang Terbang Di Bawah Kendali Allah || Yesaya 57 : 16 || Renungan Harian || Selasa, 29 September 2020.

 

 

RENUNGAN HARIAN!!!

(Almanak HKBP)

29 September 2020

 

“Sebab bukan untuk selama-lamanya Aku hendak berbantah, dan bukan untuk seterusnya Aku hendak murka, supaya semangat mereka jangan lemah lesu di hadapan-Ku, padahal  Akulah yang membuat nafas kehidupan”

(Yesaya 57:16)

 

Allah itu Kasih dan itulah sebabnya segala hal yang Allah perbuat dan biarkan terjadi bagi kita, seluruhnya didasari atas kasih. Tidak selamanya manusia akan sadar dan memahami Allah hanya dengan hidup yang penuh kebahagiaan, justru ada banyak manusia sering menghilangkan Tuhan dalam setiap keadaan bahagianya, nanti setelah berjumpa dengan persoalan berat, manusia baru akan mencari Allah, seakan-akan Allah itu menghilang dan bersembunyi dari hidupnya.

.

Biarlah kiranya setiap keadaan hidup yang kita alami semakin memdekatkan diri kita kepada Allah: Suka maupun duka – sakit maupun sehat – sukses maupun gagal – ditengah kerumunan maupun dalam kesendirian – Merasa puas maupun tidak pernah puas – ancaman Pandemi/Epidemi maupun kehidupan normal, dan lainnya.

.

Mengapa? Sebab Allah itu Immanuel, yang senantias hadir bersama-sama dengan kita, tanpa dibatasi ruang dan waktu: Itulah mengapa segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita, Allah tidak pernah menghilang dari kita, justru Dialah yang mengarahkan, mengatur dan menjaga serta memberi nafas kehidupan untuk kita boleh menjadlani setiap keadaan itu dimanapun kita berada.

.

Saat musim Layangan saat ini, kita bisa belajar dari Layangan…

Pernahkah Anda bertanya-tanya, mengapa layang-layang bisa terbang?

Karena ada angin dan ia berani melawan angin itu!

Ya, angin membawa layang-layang naik hingga tinggi ke awan. Dan hanya dengan berani melawan angin, maka layang-layang itu bisa terus terbang dengan terarah.
Layang-layang yang mengikuti arah angin adalah layang-layang yang putus, dan akan jatuh.

.

Kadang kita begitu takut saat angin pencobaan datang menerpa.

Kalau boleh meminta, kita tidak berharap mengalami masalah, kesulitan, dan tekanan hidup. Sebaliknya, kita ingin jalan kita lurus dan mulus.

Bila hidup dihadapkan pada situasi atau keadaan yang sangat menakutkan, tak ada jalan lain kecuali harus memilih.

Apakah kita akan seperti layang-layang yang berani melawan angin, atau mengikuti arus angin saja? Memang yang kedua lebih mudah. Ya, lebih mudah bagi kita untuk menyerah dalam situasi sulit..

Janganlah takut jika hari ini angin yang sepoi-sepoi tiba-tiba menjadi badai.
Tetaplah kuat di dalam Tuhan dan yakinlah bahwa bersama Tuhan kita akan cakap menanggung segala perkara.

Bahkan kita akan mengalami perkara-perkara yang luar biasa bersama Tuhan.
Jangan buru-buru menyalahkan angin besar yang menerpa layang-layang kita, sebab kita justru akan segera melihat awan, langit indah, dan pemandangan menakjubkan..

.

Demikian dengan orang percaya: Segala yang terjadi dalam kehidupannya, bukan lah akhir dari segala sesuatu, tetapi hanya bagian kecil dari banyak hal-hal besar yang akan silih berganti datang dalam kehidupannya. Mereka akan tetap maju dan berjuang, sebab dia tahu bahwa Allah bersama-sama dengan mereka menghadapi segala sesuatu yang terjadi, bahkan membuat

 

“Angin tidak pernah menjadi musuh layang-layang,

angin selalu menjadi sahabat terbaik layang-layang..”