Total Tayangan Halaman

Minggu, 07 Juni 2020

Kita Hanya Diberi Hak Pakai Dan Kelola, BUKAN Hak Memiliki II MAzmur 24:1 II Renungan Harian II Senin, 07 Juni 2020






RENUNGAN HARIAN

(ALMANAK HKBP)

Senin, 07 Juni 2020

TUHANlah yang empunya bumi dan serta segala isinya, dan dunia serta segala isinya

(Mazmur 24:1)



LEBIH DARI SEKEDAR PERPULUHAN

Pada hari ulang tahunnya yang kesepuluh, seorang anak laki-laki yang begitu perasa menerima sepuluh dolar perak yang berkilauan dari pamannya yang bijaksana. Anak itu sangat menghargainya. Dia segera duduk di lantai dan meletakkan uang logam tersebut di hadapannya.

Orangtuanya bersama pamannya itu menonton dia. Kemudian dia mulai merencanakan bagaimana menggunakan uang tersebut. Dia memisahkan dolar pertama sambil berkata, "Yang satu ini buat Tuhan Yesus." Dia lalu melanjutkan hitungannya untuk memutuskan apa yang akan dilakukannya dengan dolar yang kedua dan selanjutnya sampai pada dolar terakhir.

"Yang ini buat Tuhan Yesus." katanya sambil memisahkan dolar keduanya. Melihat yang dilakukan anak kecil itu, ibunya menyela, "Ibu pikir kamu telah memberikan dolar yang pertama untuk Tuhan Yesus, terus kenapa kamu memberikan lagi dolarmu yang kedua untuk Tuhan Yesus juga?"


"Ya," dia menyahut, "dolar yang pertama memang milikNya, tetapi yang kedua ini adalah hadiah bagi-Nya dari saya."

.  .  .

Bukankah mememang seluruh apa yang ada pada kita adalah milik Tuhan?



Bukankah memang seluruh apa yang kita kuasa saat ini di dunia adalah milik Tuhan?



Berapa banyak diantara kita yang merasa bahwa milik Tuhan hanya sebatas perpuluhan, yakni sepuluh persen dari gaji atau penghasilan kita setiap bulan? Bukankah segala sesuatunya, seperti nyawa atau nafas kita juga adalah pemberian Tuhan? Mengapa hanya sepuluh persen dari penghasilan?



Sadarilah bahwa ketika anda memberikan sepuluh persen dari penghasilan anda kepada Tuhan sebagai perpuluhan atau apapun namanya, jangan merasa bahwa anda sudah memberi hak atau bagian untuk Tuhan setiap bulannya dan merasa tanggungjawab anda untuk urusan Tuhan telah selesai. Sesungguhnya itu tidak akan pernah bisa membayar apa yang Tuhan beri setiap bulannya, sebab nafas atau nyawa anda juga harus anda persembahkan setiap bulannya sebagai perpuluhan. Maka jika anda memberi perpuluhan sebagai bagian dari rasa syukur anda, anggaplah itu hanya sebahagian kecil dari banyak hal yang masih harus anda bayarkan, maka tambahkanlah itu melalui sikap dan perbuatan yang memang tidak akan pernah bisa membayar kebaikan Tuhan.



Yang menjadi masalah adalah ketika setiap bulan kita merasakan kebaikan Tuhan lewat hasil tanah yang kita kelola, upah kerja yang kita terima, namun kita tidak pernah memberikan perpuluhan kepada Tuhan, bahkan persembahan yang kita beri kepada gerejapun, jauh dari apa yang seharusnya kita berikan. Bayangkan saat kita menerima begitu banyak berkat Tuhan, kita tidak diwajibkan memberi perpuluhan, tetapi setiap minggu saat mengumpulkan persembahanpun, eh… ternyata oh ternyata…



Bukankah sama seperti yang si anak kecil itu katakan, bahwa seluruh yang dia terima adalah milik Tuhan? Tidak merasa berdosakah kita, bahwa saat kita menerima yang terbaik dari Tuhan setiap bulannya, tetapi kita mempersembahkan yang terburuk (bahkan kesannya adalah sisa-sisa) dari setiap penghasilan kita yang telah kita bagi-bagi dengan kebutuhan memenuhi urusan perut dan urusan lainnya?



Tuhanlah yang empunya bumi dan segala isinya, kita hanyalah penompang yang diberi hak pakai untuk mengelola dan merawat, bukan diberi hak untuk milik. Jangan tunggu sampai Tuhan mengambil apa yang ada padamu saat ini, baru engkau ingat memberi persembahan terbaik kepada Tuhan, dari hasil akhir penghasilanmu yang telah using karena gagal panen atau putus hubungan kerja.



Ketika Tuhan memberi kita hak untuk mengelola bumi dan isinya, yang mungkin memberikan kita kesempatan menjadi kaya atau memiliki sesuatu untuk kita banggakan dan nikmati: Biarlah melalui itu semua, Allah semakin mulia dan terpuji, jangan menjadi hina.



Tuhan tidak pernah meminta kita mempersembahkan yang terbaik bagi Dia supaya Dia kaya atau seakan-akan Tuhan itu perlu uang kita karena Dia tidak memiliki uang?! Tuhan itu kaya dan sangat kaya, bukan hanya dunia dan isinya yang menjadi milikNya, alam semesta bahkan Sorgapun Dia punya. Maka ketika Dia meminta kita memberi yang terbaik bagiNya, itu hanya salah satu cara Tuhan menguji kita, sebaerapa besar rasa syukur kita atas berkat Tuhan setiap saat dalam hidup kita. Amin.



Selamat menikmati pemberian Tuhan,

Selamat mempersiapkan buah yang terbaik bagi Tuhan (Kata, karya dan harta),

Salam sehat..

Tuhan mendengar doa..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar