Renungan Harian
Almanak HKBP
(Sabtu, 20 Juni 2020)
“Tidak tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapatpenghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah mendapat bagian mereka di mezbah itu?”
(1 Krintus 9:13)
Secara gamblang tanpa ada makna khiasan, Paulus langsung terang-terangan berkata bahwa seorang Hamba Tuhan tidak salah berharap supaya hidupnya dicukupi ditempat dimana ia melayani. Jangan dimaknai bahwa Hamba Tuhan itu terlalu mata duitan, bersifat duniawi, tidak mau menyangkal diri atau apapun itu. Yang jadi persoalan adalah ketika seorang Hamba Tuhan benar-benar sangat mengharapkan hidupnya dicukupkan tetapi bersikap seolah-olah tidak memerlukan itu, akan tetapi diam-diam mencoba mempengaruhi banyak orang ditempat pelayananannya untuk memuluskan hal itu. Itu kemunafikan dan sangat berbahaya.
Para penjual jasa seperti dokter, montir, pengacara, guru, pelayan toko dan lainnya, memberikan kepada anda apa yang dia punya, tetapi anda akan sangat rela orang-orang tersebut menuai uang anda. Adalah aneh juga jika seorang Hamba Tuhan memberikan pelayanan rohani kepada anda, namun anda tidak rela Hamba Tuhan itu menuai hal jasmani dari anda. Itu berlebihan.
Dalam nats ini ada catatan yang sangat berharga menghantar kita memahami maksud Paulus kepada jemaat Korintus, juga kepada kita saat ini bahwa: seorang Hamba Tuhan layak “mendapat penghidupannya” dan “mendapat bagian mereka”, artinya setiap Hamba Tuhan layak menerima apa yang menjadi bahagian mereka sebagai akibat dari pelayanan mereka, tetapi tidak disebutkan “mendapatkan bagian agar menjadi kaya”. Dengan demikian ‘ukuran’ majunya sebuah gereja bukan diukur seberapa besarnya Hamba Tuhan mendapat bagiannya atau seberapa hebat gereja itu membuat Hamba Tuhannya kaya tetapi seberapa sungguh-sungguhkah gereja memperhatikan Hamba Tuhan mereka agar mendapatkan penghidupannya atau mendapat bagian mereka. Sebab tidaklah elok jika seorang Hamba Tuhan melayani sebuah gereja dan gereja memberikan gaji/upah/balanjo yang sangat besar, lantas gereja itu sesuka hati kepada Hamba Tuhan itu, karena mereka merasa sudah membayar Hamba Tuhan itu lebih. Apakah demikian jika seorang dokter telah mengobati anda, lantas anda sembuh, tetapi kemudian anda bisa sesuka hati kepada dokter itu sampai kapanpun karena bayaran anda? Bukankah upah itu dia terima dari jasa yang sudah dia berikan?
Maka jika seorang Hamba Tuhan layak menerima bagian untuk penghidupannya, inilah yang dipahami bahwa mereka akan mendapat biaya hidup, bukan gaji. Apa bedanya? Sebab jika gaji akan diberikan karena imbalan dari jasanya setelah melakukan pekerjaannya, maka dia akan menerima gaji pada akhir bulan, upah jerih lelahnya dari awal bulan. Berbeda dengan biaya hidup (balanjo), diberikan agar dia bisa hidup, makanya diberikan di awal bulan. Jika gaji itu biasanya tetap, tidak ada kenaikan kecuali dalam rentan jangka waktu tertentu (dibeberapa tempat tidak wajib), berbeda dengan biaya hidup (balanjo), akan dinaikkan sesuai kebutuhan hidupnya seiring bertambahnya kebutuhan hidupnya. Misalnya sudah menikah, anak lahir, sakit, biaya kesehatan, anak sekolah dan lainnya.
Itulah mengapa baik jemaat dan majelis disebuah gereja tidak boleh acuh bahkan menganggap itu bukan urusannya, karena urusan memikirkan biaya hidup ini juga bagian dari buah imanya ditempat dimana dia mendapat pelayanan dari Hamba Tuhan itu (Kecuali jika ia merasa tidak pernah dilayani, itu lain lagi).
Tetapi bagaimana dengan gereja yang kecil? Dari sudut pelayan bahwa pelayan itu memang harus rela hidup dengan serba kekurangan. Tetapi dari sudut gereja, mereka akan rugi karena Hamba Tuhan itu pastilah juga akan memikirkan bagaimana caranya agar keluarganya hidup, maka akan membagi pikirannya bagaimana caranya mencari penyambung hidup sekaligus melayani. Tentu konsentrasi akan terbagi, pelayanan akan tidak maksimal, yang rugi tetap adalah gereja.
Dengan demikian bahwa apa yang dilakukan gereja terhadap Hamba Tuhan adalah bukti bagaimana mereka memahami dan mengimani Firman Allah. Bagaimana gereja dalam hal ini majelis dan jemaat memperhatikan atau memperlakukan Hamba Tuhannya (baik tau buruk), demikianlah mereka mengimani Tuhan yang dikotbahkan HambaNya.
Selamat melayani dimanapun berkat Tuhan anda terima,
Tuhan mendengarkan usaha dan doa baik,
Salam sehat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar