1. Surat Ibrani ini ditujukan secara khusus kepada jemaat Kristen, yaitu orang-orang momaden, yang tidak jelas tempat tinggalnya, orang yang tinggal di parserahan atau diaspora. (Halak na madoado do nasida ala so jelas hundulanna manang ingananna). Mereka dipanggil supaya ikut serta menikmati keselamatan yang diberikan Allah lewat penderitaan Tuhan Yesus. Mereka akan menjadi jemaat yang hidup sebagai umat Kristen, sekalipun berada di Aspora atau parserahan, tetapi ikut serta menerima keselamatan dari Kristus Yesus, mereka sungguh-sungguh menerima Kristus sebagai Juruselamat Penebus. Bagaimana dengan kita orang yang jelas kedudukan dan tempat tinggal adakah kita dengan sungguh-sungguh menerima keselamatan yang diberikan Tuhan Yesus?
2. Melalui nas ini kita dapat memahami bagaimana Yesus Kristus dapat memenuhi persyaratan penting yang dikenakan pada jabatan sebagai imam besar untuk menebus dosa kita. Dalam penebusanNya Yesus akan menjadi 100 % manusia dan 100% sebagai Tuhan. Bagaimana ini dapat terjadi?
1. Pada prinsipnya Yesus tidak memilih pekerjaanNya sebagai imam besar, melainkan Allah sendirilah yang telah memilih Dia bagi tugas yang mulia itu. Ini dapat kita lihat pada waktu Yesus dibabtis, saat itu telah terdengar suara yang datang dari Allah yang mengatakan: “AnakKu; Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini”. - “AnakKu do Ho, sadari on do Ho Hutubuhon”. (Maz 2: 7).
2. Yesus telah menjadi manusia yang mengalami penderitaan yang paling pahit. Ada tiga yang perlu kita pahami tentang Yesus Kristus, imam besar itu:
a. Yesus mengutarakan tangis dan keluhan: Tentu sebagai manusia, ia menjerit dalam penderitaan itu. Sama seperti manusia yang menjerit, menangis dalam penderitaan kita. Tidak ada kesengsaraan dan ketakutan yang dialami Yesus yang pernah terjadi dalam kehidupan manusia. Ada tiga jenis yang nampak dalam penderitaan Yesus, yaitu: Doa, jeritan dan air mata. Doa diucapkan dalam hati, jeritan diucapkan dengan suara yang keras, tetapi air mata melebihi semuanya itu.
b. Yesus belajar dari semua pengalamanNya karena Ia menghadapiNya dengan penuh hikmat. “Ia belajar dari apa yang Ia derita”. “Ia belajar menjadi taat kepada Allah”.
c. Yesus menjadi Juruselamat dan Imam besar yang sempurna karena penderitaan dan kematianNya dijalani tanpa dosa. Yesus menjadi Juruselamat yang sempurna bagi semua orang percaya, Ia terlebih dahulu menderita dan mati sebagai manusia. Ketaatan dan kematianNya membuat Yesus berhak menjadi wakil yang sempurna dari umat manusia yang berdosa sehingga dapat menanggung hukuman dosa atas nama seluruh umat manusia. Yang menjadi pertanyaan bagi kita:
Ø Bagaimanakah Yesus menyelamatkanmu? Terangkan-lah! (Songon dia di dibahen Tuhan Jesus laho paluahon ho sian dosa?)
3. Disinilah kita dapat memahami tugas dan fungsi seorang imam yang sebenarnya. Tugas dan fungsi imam itu, adalah untuk membuka jalan bagi orang berdosa supaya kembali kepada Allah selama orang berdosa itu mau kembali kepada Allah.
Ø Untuk mewujudkan tugas mulia ini, kepada kita telah diberikan Allah AnakNya yang Tunggal menjadi Imam besar menurut peraturan Melkisedek. Siapakah Melkisedek ini? Ia adalah seorang imam yang pernah hidup dalam sejarah Kerajaan Allah. Melkisedek adalah seorang Raja, Imam di tengah kehidupan orang percaya dan orang yang dipakai Tuhan untuk menyampaikan berkatNya (1 Musa 14: 17 – 18).
Ø Melk= Raja, Sedeq= orang benar, Yesus adalah Raja yang adil. Dalam keadilan Imam besar itu, kita akan menerima pembenaran Allah yang kita terima melalui pengorbanan Tuhan Yesus (Pil 2: 8 – 9; Ul. Ap 4: 12; Heber 7: 27). Keunggulan Imam besar itu dapat kita lihat dalam satu kata yang indah, yaitu: “Metriopatheia”, yang berbicara tentang kesabaran sebagai rasa simpati yang lemah lembut namun tegas dan kuat, yang dengan kesabarannya yang hebat, dan pada akhirnya menyadarkan orang lain untuk kembali kepada jalan yang benar.
Ø “Metriopatheia”, Adalah suatu ajaran yang memampukan manusia untuk bangkit dan diselamatkan, untuk menyediakan diri dan mau mendengar. Memberikan kepada kita kemam-puan untuk menanggung sabar terhadap sesama tanpa rasa sakit hati. Kemampuan untuk menahan nafsu marah terhadap orang yang berbuat bodoh dan tidak mau belajar baik.
Ø “Metriopatheia”, Memberikan kepastian kepada kita, tidak seorangpun yang dapat bergaul baik dengan sesama, jika ia tidak mempunyai “Metriopatheia” yang kuat, teguh dan sabar, yang dikaruniakan Tuhan kepadaNya. Memang itulah keunggulan Imam besar itu.
4. Berakhir dimanakah ketaatan imam besar itu kepada Allah? Marilah kita arahkan pandangan kita kepada Salib Kristus di Golgata. Saat Tuhan Yesus sampai di bukit Golgata, Ia telah menyempurnakan tugas terbesarNya sebagai imam besar, yakni menderita, mati demi dosa kita. Apa yang terjadi di Golgata? Dia mengucapkan beberapa pernyataan yang amat penting. Ada tujuh pernyataan terakhir dari Yesus yang merupakan jendela yang memungkinkan kita dapat menatap ke dalam keabadian dan melihat hati Juruselamat dan makna Injil yang sebenarnya:
1. Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Lukas 23: 33–34. Ini adalah permohonan orang yang menderita akibat menyaksikan bangunan-bangunan mereka dihancurkan dan juga karena sahabat dan kenalan mereka yang dikasihi disiksa dan dibunuh.
Ø Hal ini dapat kita lihat dalam Yes 50: 4 – 9, dimana bangunan-bangunan yang dihancurkan itu adalah: (1) Lidah, yang mampu mengolah apa yang dikatakan Injil kepadaNya. (2) Telinga, sebagai alat yang memampukan kita mendengar apa kata Tuhan kepada kita untuk kita lakukan. (3) Punggung, yaitu pusat kekuatan kita, kalau punggung kita sakit atau patah, kita tidak dapat berbuat apa-apa. (4) Pipi, yang menandakan nilai-nilai kemuliaan kita, melalui pipi sendirilah terpancar kasih setia bagi semua orang. (5) Muka, yang menunjukkan harga diri dan identitas kita).
Ø Sekali pun semuanya bangunan ini akan hancur oleh kekejaman musuh, Yesus telah mengajak kita untuk berseru kepada Allah: Ampunilah mereka Bapa! Puji Tuhan.
Ø Ya, kadang-kadang, sulit bagi kita untuk memaafkan orang lain. Lebih mudah bagi kita untuk menyembunyikan jiwa yang tidak memaafkan, hal ini sangat bertentangan dengan Alkitab yang mengajarkan tentang pengampunan. Ada orang yang menyakiti kita dan hati kita tidak bisa memaafkan atau melupakan hal itu.
Ø Tentu saja, dengan cara ini kita hanya menyakiti diri kita sendiri dan membiarkan luka menganga, namun selalu ada kecenderungan dalam diri kita untuk memelihara dendam dan iri hati. Karena itu sangat penting bagi kita untuk senantiasa mendengar doa Yesus yang mengatakan: “Ya, Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”.
2. Aku berkata kepadamu, “Sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” Lukas 23: 35 – 43. Ini adalah ungkapan Yesus kepada orang berdosa yang menyesal dan bertobat serta memberikan jaminan bahwa dia atau orang berdosa yang sudah bertobat itu akan masuk surga ketika ia mati.
3. Inilah anakmu, Inilah ibumu (Yoh 19: 26–27). Ini adalah ungkapan Yesus yang berbicara kepada orang-orang milikNya. Jika saudara dan saya berada di Yerusalem ketika Yesus di Salib, seberapa jauhkah kita berdiri di dekat salibNya? Ada satu ungkapan bagus yang tertulis pada sebuah altar Gereja yang berbunyi: “Yesus, dekatkanlah aku pada salib”, namun dalam prakteknya amat sulit dilakukan.
Ø Oleh penyaliban, Yesus menjadi “Orang yang dihina dan ditolak” maka untuk berada dekat salibNya dibutuhkan keberanian dan cinta kasih yang besar untuk menyerahkan Ibunya kepada saudara-saudaranya. Dan saudara-saudaraNya kepada IbuNya. Ungkapan ini akan membantu kita untuk memahami makna keberadaan kita di dekat salib. Kita sebagai orang yang telah dipersatukan Yesus kepada saudara-saudara kita marilah kita merendahkan diri di depan Salib Yesus.
4. Eli, Eli lama Sabakhtani (Mateus 27: 45–49): Apa yang terjadi disekitar salib Kristus? Dalam hal ini telah terjadi kegelapan pada seluruh bumi, kegelapan itu sungguh menujukkan simpatinya kepada Yesus. Ini semuanya menyadarkan kita, betapa besarnya kasih setia Yesus menderita sehingga kita bisa hidup selamanya dalam cahaya terang.
5. Aku haus (Yoh 19: 28): Menurut pengakuan Yohannes dalam Wahyu 7: 16, Di surga tidak ada rasa dahaga, “Mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi dan matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi”. Pertanyaan dewasa ini bukan lagi: “Apakah Anda haus”? karena semua orang memiliki rasa haus yang nyata: Haus akan Tuhan, haus akan pengampunan.
Ø Pertanyaan yang sesungguhnya adalah: “Berapa lama Saudara akan terus haus”? Kalau Saudara mengimani Yesus Kristus sebagai penyelamat Anda, maka Anda tidak akan merasa haus lagi. Jika Anda menolak Dia, Anda akan haus selamanya. Tuhan Yesus haus di kayu salib, agar kita tidak merasa haus lagi. Dialah Anak manusia yang menderita, Dialah hamba Allah yang taat, Dialah Sang Juruselamat bagi semua orang berdosa.
Ø Ketika Anda percaya pada Dia, Dia akan memuaskan Anda dan Anda tidak akan pernah haus lagi. Sebab “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”. 2 Korint 5: 21.
6. Sudah selesai (Yoh 19: 30): Kita tahu, pada rentang waktu 33 tahun, banyak orang berkata: “Inilah sebuah permulaan”. Namun pada rentang waktu 33 tahun itu juga, Yesus berkata: “Sudah selesai”. Yesus tidak berkata: “Saya sudah selesai”. Yang pasti, ungkapan ini bukanlah ratapan dari seorang korban yang menyesali kondisiNya; tetapi ini adalah seruan seorang pemenang yang telah menang dalam mengatasi musuh-musuhNya.
Ø Inilah yang disebut dengan “Tetelestai” yang artinya: “Sudah selesai, tetap selesai, dan selalu selesai”. Sejak penebusan Yesus kita telah menerima sebuah karya yang telah selesai, kita tidak dapat lagi menambahkan hal-hal baru dan menggunakan sesuatu padaNya atau mengurangi sesuatu dariNya.
Ø Satu-satunya yang bisa kita perbuat adalah: Setia pada karya Tuhan Yesus yang telah selesai itu. Ketika Yesus mati, Dia berseru: “Tetelestai! Sudah selesai”. Inilah ungkapan familiar yang diserukan oleh Juruselamat yang setia atas karya agung yang sudah diselesaikanNya. Yesus tidak melakukan “Pembayaran di muka” di kayu salib, kemudian meminta kita untuk mengangsur pembayaran itu. Penebusan bukanlah sebuah rencana angsuran atau kredit hutang. Karena Yesus telah membayar lunas itu semua dan ini berarti bahwa penebusan merupakan sebuah karya yang sudah selesai.
7. Ya, Bapa ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu: (Lukas 23: 46): Untuk hidup kita, tidak perlu dipersiapkan, tetapi untuk mati, kita perlu mempersiapkan diri. Sepanjang hidup kita tiada henti-hentinya kita bergulat melawan kematian, namun pada akhirnya kematianlah yang menang.
Ø Ada 4 ciri kematian Yesus yang akan menguatkan hati kita, sekaligus membebaskan kita dari rasa takut akan kematian yang mungkin meresahkan hati kita: (1) Yesus sungguh mati dan Dia rela mati demi pengampunan dosa kita. Kematian Yesus bukanlah sebuah ilusi. Tuhan Yesus sungguh-sungguh manusia dan mengalami semua kelemahan manusia, kecuali dosa. Dia tahu apa artinya tumbuh dan berkembang; Dia tahu apa itu makan, minum dan tidur; Dia tahu apa artinya penderitaan. Yesus mengalami penderitaan dan kematian yang nyata. Kita patut bersyukur kepada Tuhan yang telah menyusuri lembah kematian demi kita. Cepat atau lambat kematian itu akan menjemput kita, namun kita tahu bahwa Dia senantiasa bersama kita dan memahami hasrat hati kita. Dan kita akan berkata: “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gadaMu dan tongkatMu, itulah yang menghibur aku” (Maz 23: 4. (2) Yesus benar-benar mati penuh percaya diri berkata: “Ya Bapa, kedalam tanganMulah Kuserahkan nyawaKu”. Apa sumber rasa percaya diri Yesus ketika Dia mati? Dia percaya akan kehadiran Bapa yang menyertaiNya, (3) Kehadiran Bapa: Dia mati dengan rasa penuh percaya diri, karena Dia menyadari kehadiran Bapa. (4) Adanya janji Bapa yang menyertai Dia: Dia mati dengan rasa penuh percaya diri karena Dia yakin pada janji Bapa yang menyertaiNya.
Ø Bagaimanakah kita harus hidup sebagai orang yang diselamatkan? Songon dia do patut mangolu halak naung dipalua Tuhan Jesus sian dosa hamatean i?
5. Kita telah memasuki masa-masa Passion, kita akan merenungkan penderitaan Tuhan Yesus. Apa yang dapat kita teladani dari penderitaan Yesus? Ingatlah! Sebelum Yesus Kristus mempertaruhkan nyawaNya, Dia mengampuni musuh-musuhNya. Sebelum Dia mempertaruhkan nyawaNya, Dia memberi keselamatan kepada orang berdosa yang bertobat. Sebelum Dia mempertaruhkan nyawaNya, Dia menyelesaikan pekerjaan yang Tuhan percayakan kepadaNya. Saudara dan Saya tidak tahu berapa lama Tuhan mengijinkan kita hidup di dunia ini.
Setiap hari, setiap menit dan detik yang kita peroleh, adalah rahmat Tuhan. Kita perlu meneladani Kristus dengan memaafkan musuh-musuh kita, sebelum kita mati. Kita ingin berjumpa Tuhan dengan hati yang bersih, bukan dengan hati penuh noda dosa. Kita ingin memasuki saat kematian setelah mampu memberikan keselamatan kepada orang lain. Kita ingin setia dalam memelihara dan merawat orang-orang yang bergantung pada diri kita. Kita ingin memasuki akhir kehidupan kita dalam penyerahan diri kepada kehendak Allah karena telah menyelesaikan tugas-tugas yang dipercayakan Allah kepada kita. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar